Selasa, 14 Agustus 2012

AKTRAKSI PAGAR NUSA (ILMU BADUNG BONDOWOSO DAN RAWA RONTEK)

Jakarta, NU Online
Halaman museum Fatahillah, Jakarta, akhir pekan lalu, dipenuhi orang-orang berpakaian hitam-hitam. Mereka membentuk lima kelompok yang berbaris rapi menghadapi pentas sederhana tanpa lindungan terik matahari pukul sembilan pagi yang menyengat. Mereka adalah 300 pendekar Pagar Nusa yang menghadiri “Soft Launching Festival Pagar Nusa 2012”.

Seorang berpakaian hitam-hitam bernama Sugeng, berlari ke hadapan pentas diiringi rampak gendang berirama padungdung, yang bernada cepat. Ia kemudian berjumpalitan di udara berkali-kali, seolah menerjang musuh di hadapannya. Kemudian ia berhenti, berdiri tegak dan menjura kepada tamu undangan yang duduk di kursi, dinaungi tenda, yang ada di sebelah kanan pentas.

Di tenda itu, tampak Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa KH Fuad Anwar, Staf Ahli Kementerian Pemuda dan Olahraga Tunas Dwidharto, perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif M. Farid, jajaran pengurus Pagar Nusa dan tamu undangan. Mereka menyimak gerak-gerik pendekar Sugeng yang menjura ke empat penjuru arah mata angin.

Kemudian tiga orang menghampiria Sugeng. Mereka mengikatkan sepuluh borgol di kedua pergelangan tangannya, dan dua borgol di kedua ibu jarinya. Sugeng kemudian mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.

Adegan itu, kontan saja menarik perhatian ratusan pengunjung Kota Tua yang sedang berakhir pekan. Tanpa dikomandoi siap pun mereka merangsek, mendekati Sugeng.

Sugeng kemudian menolakkan kedua belah tangannya. Dan seketika itu pula, borgol besi itu berantakan di pelataran halaman museum Fatahillah. Tepuk tangan pun mengiringi jatuhnya besi-besi itu.

“Sugeng menggunakan ilmu Bandung Bondowoso,” terang Gus Yusuf dari Pengurus Pusat Pagar Nusa.

Sugeng kemudian membuka baju hitamnya. Seorang temannya yang menenteng cemeti sepanjang satu setengah meter mendekat. Tanpa tedeng aling-aling, ia menghantam perut dan punggung Sugeng, “tar…tar..tar…”

Tak dinyana, Sugeng hanya senyum-senyum. Ia seolah tak merasa apa-apa, meski garis-garis merah membekas di tubuhnya.

Atraksi selanjutnya semakin berbahaya. Seorang teman Sugeng kali ini yang melakukannya. Kedua tangannya diikat tambang sebesar ibu jari. Kemudian kedua tali itu ditarik dua buah motor bebek. Kedua motor itu digas berbarengan ke arah bertolakkan. Tapi tak seinci pun bannya bergeser.

“Kali ini dia menggunakan Rawa Rontek,” jelas Gus Yusuf lagi menjelaskan atraksi itu. “Kalaupun tubuhnya penggal, pemilik ilmu itu akan tenang-tenang saja karena bagian tubuhnya akan nyambung kembali,” tambahnya.  


Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis: Abdullah Alawi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar