Kesan KH Mansur Sholih, Ro’is Syuriah Nahdlatul Ulama
Cabang Jember sejak tahun 1999 s/d sekarang,
Saya
kagum pada keikhlasan beliau berjuang di NU sejak lama dan bahkan
kontribusi beliau terhadap perjuangan Ma’arif NU ditunjukkan dengan
merintis berdirinya sekolah-sekolah untuk warga NU.
Apa resepnya sehingga beliau dapat sukses berjuang tsb? Menurut saya, Kyai Dzofir memiliki semangat As Syaja’ah
yaitu keberanian yg diikuti dgn perhitungan yang matang. Tentu saja
perhitungan yang matang ini membutuhkan kesabaran dan ketabahan.
Merintis UIJ saat itu membutuhkan keberanian Kyai Dzofir
ditengah-tengah apatisme tokoh untuk merintis berdirinya suatu
Perguruan Tinggi milik NU.
Apabila
generasi sekarang di NU maupun para tokoh UIJ dapat mencontoh semangat
As Syaja’ah-nya tsb maka insya Allah berhasil. Selain itu beliau dapat
meninggalkan 2 sifat yang buruk dimiliki oleh Pemimpin yaitu Al Jubnu yaitu kecil hati sehingga sering diilustrasikan posisinya selalu dibelakang saja sebagai makmum dan At Tahawwur yaitu memiliki keberanian tetapi tdk menggunakan perhitungan yang matang alias ngawur.
Bahkan bila diukur dari 5 syarat kepemimpinan yang ideal yaitu pinter, bener, kober, keker dan angker maka tidak berlebihan andaikan saya sampaikan bahwa Kyai Dzofir sudah memenuhi 5 syarat tsb.
1. Pinter,
dalam hal ini adalah memiliki ilmu yang cukup untuk mengatur dan
bertanggung jawab terhadap suatu wilayah/bidang tertentu. Kyai Dzofir
terkenal sebagai Ulama ‘alim Fiqih sehingga pada setiap pengambilan
keputusan terhadap suatu masalah di Bahsul Masa’il NU selalu diserahkan
pada beliau. Kealiman beliau diakui para ulama di NU pada berbagai
musyawarah tingkat nasional sejak dulu adalah karena alim dan memiliki
referensi kitab-kitab yang lengkap sebagaimana KH Wachab Chasbullah
Jombang dan KH Zubeir Sarang.
2. Bener,
dalam hal ini adalah sikap jujur terhadap kebenaran dan bahkan belum
tentu orang pinter juga bener. Kyai Dzofir justru berani bersikap yang
kadang berbeda denga pendapat kyai lain karena membela kebenaran
pendapat yang diyakininya.
3. Kober,
maksudnya adalah punya kesempatan untuk berjuang. Kyai Dzofir
aktiv sekali di NU dan bahkan sempat merintis sekolahan termasuk UIJ
tanpa meninggalkan kewajiban mengajarnya di pesantren dan mencari nafkah
untuk keluarganya.
4. Keker, maksudnya adalah tidak mudah putus asa. Kyai Dzofir tidak pernah tampak putus asa dalam perjuangan
5. Angker,
maksudnya adalah memiliki kewibawaan untuk menegakkan aturan dan
dipatuhi bawahan. Setiap perbedaan pendapat dalam bahsul masail, maka
pengambilan keputusannya diserahkan pada beliau yang dengan bijaksana
memutuskannya. Semua kyai tahu dalam pengambilan keputusan yang khilaf
tsb, beliau menggunakan dalil/nash yang terkuat. Kebijaksanaan karena
alimnya tsb menumbuhkan kewibawaan kyai.
Demikianlah
kesan saya terhadap buku ini dengan harapan semoga para anak-cucu
keturunan almaghfurlahu Simbah KH Dzofir dan para aktivis Pengurus NU
disemua tingkatan serta para guru Ma’arif khususnya yang mengabdi pada
sekolah rintisan almaghfurlahu dapat meniru semangat perjuangan beliau.
Dan semoga kita memiliki niat ngalap barokah beliau untuk melestarikan
perjuangan para Ulama Salaf Sholih demi mewujudkan cita-cita NU, yaitu
lestarinya islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar