Selasa, 21 Agustus 2012

KH. DHOFIR SALAM TALANGSARI JEMBER


Kyai Dzofir, Figur Ulama Pejuang dan Pemberani
Kesan KH Mansur Sholih, Ro’is Syuriah Nahdlatul Ulama
Cabang Jember sejak tahun 1999 s/d sekarang,

            Saya kagum pada keikhlasan beliau berjuang di NU sejak lama dan bahkan kontribusi beliau terhadap perjuangan Ma’arif NU ditunjukkan dengan merintis berdirinya sekolah-sekolah untuk warga NU. 
Apa resepnya sehingga beliau dapat sukses berjuang tsb? Menurut saya, Kyai Dzofir memiliki semangat As Syaja’ah yaitu keberanian yg diikuti dgn perhitungan yang matang. Tentu saja perhitungan yang matang ini membutuhkan kesabaran  dan ketabahan. Merintis UIJ saat itu membutuhkan keberanian Kyai Dzofir ditengah-tengah apatisme tokoh untuk merintis berdirinya suatu Perguruan Tinggi milik NU.
Apabila generasi sekarang di NU maupun para tokoh UIJ dapat mencontoh semangat As Syaja’ah-nya tsb maka insya Allah berhasil. Selain itu beliau dapat meninggalkan 2 sifat yang buruk dimiliki oleh Pemimpin yaitu Al Jubnu yaitu kecil hati sehingga sering diilustrasikan posisinya selalu dibelakang saja sebagai makmum dan At Tahawwur yaitu memiliki keberanian tetapi tdk menggunakan perhitungan yang matang alias ngawur.
Bahkan bila diukur dari 5 syarat kepemimpinan yang ideal yaitu pinter, bener, kober, keker dan angker maka tidak berlebihan andaikan saya sampaikan bahwa Kyai Dzofir sudah memenuhi 5 syarat tsb.
1.        Pinter, dalam hal ini adalah memiliki ilmu yang cukup untuk mengatur dan bertanggung jawab terhadap suatu wilayah/bidang tertentu. Kyai Dzofir terkenal sebagai Ulama ‘alim Fiqih sehingga pada setiap pengambilan keputusan terhadap suatu masalah di Bahsul Masa’il NU selalu diserahkan pada beliau. Kealiman beliau diakui para ulama di NU pada berbagai musyawarah tingkat nasional sejak dulu adalah karena alim dan memiliki referensi kitab-kitab yang lengkap sebagaimana KH Wachab Chasbullah Jombang dan KH Zubeir Sarang.
2.       Bener, dalam hal ini adalah sikap jujur terhadap kebenaran dan bahkan belum tentu orang pinter juga bener. Kyai Dzofir justru berani bersikap yang kadang berbeda denga pendapat kyai lain karena membela kebenaran pendapat yang diyakininya.  
3.        Kober,  maksudnya  adalah  punya  kesempatan   untuk berjuang. Kyai Dzofir aktiv sekali di NU dan bahkan sempat merintis sekolahan termasuk UIJ tanpa meninggalkan kewajiban mengajarnya di pesantren dan mencari nafkah untuk keluarganya. 
4.       Keker, maksudnya adalah tidak mudah putus asa. Kyai Dzofir tidak pernah tampak putus asa dalam perjuangan
5.       Angker, maksudnya adalah memiliki kewibawaan untuk menegakkan aturan dan dipatuhi bawahan. Setiap perbedaan pendapat dalam bahsul masail, maka pengambilan keputusannya diserahkan pada beliau yang dengan bijaksana memutuskannya. Semua kyai tahu dalam pengambilan keputusan yang khilaf tsb, beliau menggunakan dalil/nash yang terkuat. Kebijaksanaan karena alimnya tsb menumbuhkan kewibawaan kyai.
Demikianlah kesan saya terhadap buku ini dengan harapan semoga para anak-cucu keturunan almaghfurlahu Simbah KH Dzofir dan para aktivis Pengurus NU disemua tingkatan serta para guru Ma’arif khususnya yang mengabdi pada sekolah rintisan almaghfurlahu dapat meniru semangat perjuangan beliau. Dan semoga kita memiliki niat ngalap barokah beliau untuk melestarikan perjuangan para Ulama Salaf Sholih demi mewujudkan cita-cita NU, yaitu lestarinya islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar