Selasa, 14 Agustus 2012

Peran Gus maksum dalam penumpasan PKI

Setelah lepas dari kolonialisme Belanda, perjalanan sejarah Indonesia masih menghadapi banyak masalah di berbagai bidang, kususnya bidang ekonomi, social, politik dan keamanan. Berbagai masalah datang silih berganti, dan yang paling tragis serta tercatat dengan tinta merah adalah peristiwa G-30/S PKI (GESTAPU) Yang merupakan usaha PKI untuk merebut kekuasaan Negara. Peran Sentral Lirboyo Dalam Penumpasan PKI Saat meletus peristiwa G-30S/PKI Lirboyo adalah kiblat perjuangan masyarakat di eks-Karisedenan Kediri. Peran sentral itu tidak lepas dari sejarah perjalanan panjang Lirboyo dalam memimpin masyarakat sejak zaman kolonialisme Belanda dan Jepang. Pasukan PETA misalnya, Dibentuk di Lirboyo dan berawal dari inisiatif Kiai Ibrahim (Banjar melati, ipar Kiai Abdul Karim), sedangkan Laskar Hizbullah-Sabilillah di Kediri di sponsori oleh Kiai Mahrus Aly, yang belakang hari menjadi embrio terbentuknya Kodam V Brawijaya. Peran sentral itu tidak hanya berhenti disitu, dimasa pembrontakan PKI aksi sepihak yang dilancarkan diberbagai daerah menggugah kesadaran para pengasuh Lirboyo untuk bertindak. Saat peristiwa Madiun Kiai Mahrus Aly bersama para santrinya berangkat ke Madiun untuk menumpas pembrontakan PKI disana.Kiai Mahrus Aly bergabung dengan Brigade S.Soerahmad dan berhasil menumpas pembrontakan disana. Gus Maksum sebagai orang dekat Kiai Mahrus Aly didapuk menjadi komandan tempur lapangan setiap aksi penumpasan. Menjadi Komandan Penumpasan PKI Sabotase aksi sepihak dan aksi teror yang dilakukan PKI hampir merambah keseluruh wilayah Nusantara, Kediri daerah yang menjadi tempat tinggal Gus Maksum juga tak luput dari aksi-aksi itu. Penculikan, penyerobotan tanah, pembunuhan dan tindakan brutal lainnya hampir menghiasi kehidupan kabupaten Kediri. Melihat aksi sewenang-wenang itu, Gus Maksum mempunyai keyakinan bahwa PKI yang selama ini sebagai partai politik resmi yang diakui pemerintah telah berbuat makar dan ingin merebut kekuasaan sekaligus mengubah ideology Pancasila menjadi komunis. Sebagai orang muslim Gus Maksum sangat tidak rela jika Negara ini berubah menjadi Negara komunis. Dengan bekal Kemampuan yang dimilikinya, Gus Maksum sebagai seorang yang sangat muda waktu itu ( umur 18 Tahun ) telah diberi amanat menjadi Komandan Pemberantasan PKI, Beliau orang yang berani terang-terangan menyatakan “Ganyang PKI” di Kediri. Dan telah membuktikannya dengan tindakannya. Peristiwa Watu Ompak Strategi PKI untuk melakukan kudeta diantaranya selalu membuat keresahan dan provokasi, salah satu provokasi PKI adalah menantang GP ANSOR untuk melakukan pertandingan silat secara regular sebulan sekali, karena kebetulan dipihak PKI banyak yang merasa jago silat. Tantangan itu ditunjukan kepada tiga pesantren dikecamatan Prambon,Nganjuk yakni Pesantren Selo Agung, Bandung dan Kedungsari. Awalnya Ansor menganggap ajakan itu adalah salah satu bentuk mempererat persahabatan.Namun setiap pertandingan diadakan, ejekan, agitasi, provokasi dan teror terus menerus dilontarkan pihak PKI. Puncaknya pertandingan yang dilaksanakan di desa Watu Ompak, Prambon suasana begitu panas. Pesilat dari pihak PKI tampak percaya diri, maklum pada waktu itu daerah prambon PKI sangat dominan. Mereka terus memprovokasi Ansor “Aku kemari jalan-jalan ke neraka”dan kata-kata yang seenak mereka. Namun pendekar dari pihak Ansor tidak langsung bertindak mereka menunggu kedatangan Gus Maksum dari Kediri. Gus Maksum datang dan langsung naik kearena pertandingan dengan meneriakan takbir “Allohu Akbar” . Pada waktu itu orang-orang melihat rambut Gus Maksum berdiri dan mengeluarkan api, melihat itu pemuda Ansor bangkit keberanianya dan langsung menyerang pihak PKI yang kala itu mulai ketakutan spontan pihak PKI banyak yang lari tunggang langgang. Teror Kanigoro Pesantren Kanigoro asuhan Kiai Jauhari sering dijadikan tempat mental training (TC) oleh PII (pelajar Islam Indonesia) seluruh Jatim.Saat TC baru berlangsung beberapa hari, tepat subuh 13 Januari 1965 sekitar pukul 04.30,sedang diadakan acara istighosah. Saat acara sedang berlangsung dengan khidmat, tiba-tiba gerombolan PR (Pemuda Rakyat ), BTI (Barisan Tani Indonesia) dan underbow-underbow PKI yang lainnya masuk menyerbu dan merusak jalannya acara. Gerombolan yang jumlahnya lebih kurang seribu orang dipimpin oleh ketua pengurus Cabang PR yang bernama Soerjadi, PKI berani melakukan tindakan seperti itu karena mereka mayoritas disana sedangkan umat islam hanya sekitar 10% Dari total jumlah penduduk Kanigoro. Dengan bersenjatakan kelewang,parang, palu, bahkan pistol mereka menggerebek masjid, merusak, memukul dan menyerang para peserta TC, Kiai, Ulama dan siapa saja yang disitu. Mereka memporakporandakan apa saja yang didalamnya, termasuk menginjak–injak Al-Qur’an dan memperlakukan wanita diluar batas kesusilaan. Dengan diiringi yel-yel seperti “ganyang santri”, ganyang sorban” dan lain-lain,mereka menyandera para peserta TC para Kiai dan Ulama termasuk kiai Jauhari, dan mereka diserahkan ke kantor polisi Kras. Mendengar itu, sekitar pukul 08.00 pagi, Gus Maksum yang saat itu ada di Lirboyo langsung meluncur ke kantor Polisi Kras. Namun sesampainya disana para sandera sudah dibebaskan, Gus Maksumpun menuju ke Kanigoro dan mendapatkan mereka dalam keadaan selamat, Walaupun masih tampak ketakutan dan trauma pada peristiwa yang baru saja mereka alami, ketika mereka hendak pulang kerumah masing-masing mereka banyak yang masih trauma dan ketakutan kaum wanita banyak yang menangis karena khawatir dihadang PKI ditengah jalan.Maklum rute dari kanigoro menuju jalan raya ( jalan raya tulung agung-kediri) memang agak jauh dan kanan kirinya masih sepi dan tidak ada pemukiman penduduk, ahirnya Gus Maksum mengawal mereka sendirian dan terus menjaga mereka hingga mendapat kendaraan. Teror Kanigoro mendapat reaksi sangat keras dari umat Islam,kususnya daerah Kediri, Dan terror-teror terus saja berlanjut, Tidak lama atas kejadian itu, BANSER GP Ansor dibawah komando Gus Maksum menerjunkan 8 truk personilnya menggempur PKI di Kanigoro.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar