Setelah lepas dari kolonialisme Belanda, perjalanan sejarah Indonesia
masih menghadapi banyak masalah di berbagai bidang, kususnya bidang
ekonomi, social, politik dan keamanan. Berbagai masalah datang silih
berganti, dan yang paling tragis serta tercatat dengan tinta merah
adalah peristiwa G-30/S PKI (GESTAPU) Yang merupakan usaha PKI untuk
merebut kekuasaan Negara.
Peran Sentral Lirboyo Dalam Penumpasan PKI
Saat meletus peristiwa G-30S/PKI Lirboyo adalah kiblat perjuangan masyarakat di eks-Karisedenan Kediri.
Peran sentral itu tidak lepas dari sejarah perjalanan panjang Lirboyo
dalam memimpin masyarakat sejak zaman kolonialisme Belanda dan Jepang.
Pasukan PETA misalnya, Dibentuk di Lirboyo dan berawal dari inisiatif
Kiai Ibrahim (Banjar melati, ipar Kiai Abdul Karim), sedangkan Laskar
Hizbullah-Sabilillah di Kediri di sponsori oleh Kiai Mahrus Aly, yang
belakang hari menjadi embrio terbentuknya Kodam V Brawijaya.
Peran sentral itu tidak hanya berhenti disitu, dimasa pembrontakan PKI
aksi sepihak yang dilancarkan diberbagai daerah menggugah kesadaran para
pengasuh Lirboyo untuk bertindak.
Saat peristiwa Madiun Kiai Mahrus Aly bersama para santrinya berangkat
ke Madiun untuk menumpas pembrontakan PKI disana.Kiai Mahrus Aly
bergabung dengan Brigade S.Soerahmad dan berhasil menumpas pembrontakan
disana. Gus Maksum sebagai orang dekat Kiai Mahrus Aly didapuk menjadi
komandan tempur lapangan setiap aksi penumpasan.
Menjadi Komandan Penumpasan PKI
Sabotase aksi sepihak dan aksi teror yang dilakukan PKI hampir merambah keseluruh wilayah Nusantara, Kediri
daerah yang menjadi tempat tinggal Gus Maksum juga tak luput dari
aksi-aksi itu. Penculikan, penyerobotan tanah, pembunuhan dan tindakan
brutal lainnya hampir menghiasi kehidupan kabupaten Kediri.
Melihat aksi sewenang-wenang itu, Gus Maksum mempunyai keyakinan bahwa
PKI yang selama ini sebagai partai politik resmi yang diakui pemerintah
telah berbuat makar dan ingin merebut kekuasaan sekaligus mengubah
ideology Pancasila menjadi komunis.
Sebagai orang muslim Gus Maksum sangat tidak rela jika Negara ini berubah menjadi Negara komunis.
Dengan bekal Kemampuan yang dimilikinya, Gus Maksum sebagai seorang yang
sangat muda waktu itu ( umur 18 Tahun ) telah diberi amanat menjadi
Komandan Pemberantasan PKI, Beliau orang yang berani terang-terangan
menyatakan “Ganyang PKI” di Kediri. Dan telah membuktikannya dengan
tindakannya.
Peristiwa Watu Ompak
Strategi PKI untuk melakukan kudeta diantaranya selalu membuat keresahan
dan provokasi, salah satu provokasi PKI adalah menantang GP ANSOR untuk
melakukan pertandingan silat secara regular sebulan sekali, karena
kebetulan dipihak PKI banyak yang merasa jago silat.
Tantangan itu ditunjukan kepada tiga pesantren dikecamatan
Prambon,Nganjuk yakni Pesantren Selo Agung, Bandung
dan Kedungsari. Awalnya Ansor menganggap ajakan itu adalah salah satu
bentuk mempererat persahabatan.Namun setiap pertandingan diadakan,
ejekan, agitasi, provokasi dan teror terus menerus dilontarkan pihak
PKI.
Puncaknya pertandingan yang dilaksanakan di desa Watu Ompak, Prambon
suasana begitu panas. Pesilat dari pihak PKI tampak percaya diri, maklum
pada waktu itu daerah prambon PKI sangat dominan. Mereka terus
memprovokasi Ansor “Aku kemari jalan-jalan ke neraka”dan kata-kata yang
seenak mereka.
Namun pendekar dari pihak Ansor tidak langsung bertindak mereka menunggu
kedatangan Gus Maksum dari Kediri.
Gus Maksum datang dan langsung naik kearena pertandingan dengan
meneriakan takbir “Allohu Akbar” . Pada waktu itu orang-orang melihat
rambut Gus Maksum berdiri dan mengeluarkan api, melihat itu pemuda Ansor
bangkit keberanianya dan langsung menyerang pihak PKI yang kala itu
mulai ketakutan spontan pihak PKI banyak yang lari tunggang langgang.
Teror Kanigoro
Pesantren Kanigoro asuhan Kiai Jauhari sering dijadikan tempat mental
training (TC) oleh PII (pelajar Islam Indonesia) seluruh Jatim.Saat TC
baru berlangsung beberapa hari, tepat subuh 13 Januari 1965 sekitar
pukul 04.30,sedang diadakan acara istighosah. Saat acara sedang
berlangsung dengan khidmat, tiba-tiba gerombolan PR (Pemuda Rakyat ),
BTI (Barisan Tani Indonesia) dan underbow-underbow PKI yang lainnya
masuk menyerbu dan merusak jalannya acara. Gerombolan yang jumlahnya
lebih kurang seribu orang dipimpin oleh ketua pengurus Cabang PR yang
bernama Soerjadi, PKI berani melakukan tindakan seperti itu karena
mereka mayoritas disana sedangkan umat islam hanya sekitar 10% Dari
total jumlah penduduk Kanigoro.
Dengan bersenjatakan kelewang,parang, palu, bahkan pistol mereka
menggerebek masjid, merusak, memukul dan menyerang para peserta TC,
Kiai, Ulama dan siapa saja yang disitu. Mereka memporakporandakan apa
saja yang didalamnya, termasuk menginjak–injak Al-Qur’an dan
memperlakukan wanita diluar batas kesusilaan. Dengan diiringi yel-yel
seperti “ganyang santri”, ganyang sorban” dan lain-lain,mereka
menyandera para peserta TC para Kiai dan Ulama termasuk kiai Jauhari,
dan mereka diserahkan ke kantor polisi Kras.
Mendengar itu, sekitar pukul 08.00 pagi, Gus Maksum yang saat itu ada di
Lirboyo langsung meluncur ke kantor Polisi Kras. Namun sesampainya
disana para sandera sudah dibebaskan, Gus Maksumpun menuju ke Kanigoro
dan mendapatkan mereka dalam keadaan selamat, Walaupun masih tampak
ketakutan dan trauma pada peristiwa yang baru saja mereka alami, ketika
mereka hendak pulang kerumah masing-masing mereka banyak yang masih
trauma dan ketakutan kaum wanita banyak yang menangis karena khawatir
dihadang PKI ditengah jalan.Maklum rute dari kanigoro menuju jalan raya (
jalan raya tulung agung-kediri) memang agak jauh dan kanan kirinya
masih sepi dan tidak ada pemukiman penduduk, ahirnya Gus Maksum mengawal
mereka sendirian dan terus menjaga mereka hingga mendapat kendaraan.
Teror Kanigoro mendapat reaksi sangat keras dari umat Islam,kususnya
daerah Kediri, Dan terror-teror terus saja berlanjut, Tidak lama atas
kejadian itu, BANSER GP Ansor dibawah komando Gus Maksum menerjunkan 8
truk personilnya menggempur PKI di Kanigoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar