ijab qabul dalam akad nikah melalui telepon hukumnya
tidak sah, sebab tidak ada pertemuan langsung antara orang yang melaksanakan
akad nikah.
dasar hukum
1. kifayatul akhyar ii/5
فرع - يُشْتَرَطُ فِى صِحَّةِ عَقْدِ النِّكَاحِ
حُضُورُ أَرْبَعَةٍ: وَلِىٍّ وَزَوْجٍ وَشَاهِدَيْ عَدْلٍ
artinya: (cabang) dan disyaratkan dalam keabsahan akad
nikah hadirnya empat orang ; wali,calon pengantin dan dua orang saksi yang
adil.
2. tuhfatul habib ala syarhil khatib iii/335
وَمِمَّاتَرَكَهُ مِنْ شُرُوطِ الشَّاهِدَيْنِ
السَّمْعُ وَالبَصَرُ وَالضَبْطُ. (قوله والضبط) أَيْ لألْفَاظِ وَلِىِّ الزَّوْجَةِ
وَالزَّوْجِ فَلاَ يَكْفِي سِمَاعُ أَلْفَاظِهِمَا فِي ظُلْمَةٍ لأَنَّ الأصْوَاتِ تَشْبِيْهٌ.
mendengar, melihat dan (dlobith) membenarkan adalah
bagian dari syarat diperkenankannya dua orang saksi. (pernyataan penyusun ‘wa
al dlobthu) maksudnya lafadz (pengucapan) dari wali pengantin putri dan
pengantin pria, maka tidaklah cukup mendengar lafadz (perkataan) mereka berdua
dikegelapan, karena suara itu (mengandung) keserupaan).
HUKUM MENGULANGI AKAD NIKAH
Bagaimana hukumnya jika mengulang kembali ijab qobul
akad nikah ?
Jawaban:
Khilaf (terdapat perbedaan pendapat Ulama'). Menurut
Qaul shahih (pendapat yang benar) hukumnya jawaz (boleh) dan tidak merusak pada
'Akad nikah yang telah terjadi. Karena memperbarui 'Aqad itu hanya sekedar
keindahan (al-Tajammul) atau berhati-hati (al-Ihtiyath). Menurut qaul lain
(pendapat lain) 'aqad baru tersebut bisa merusak 'aqad yang telah terjadi.
Keterangan dari kitab al-anwar juz Vll hal. 88
الأنوار لأعمال الأبرار ج-7 ص: 88
لو جدد رجل نكاح زوجته لزمه مهر أخر لأنه إقرار في
الفرقة وينتقص به الطلاق ويحتاج إلي التحليل في المرة الثالثة.
Keterangan dari kitab Hasyaih al-Jamal ala al-Minhaj
juz IV hal.245
حاشية الجمل على المنهج الجزء الرابع صحيفة 245
وعبارته: لأن الثاني لايقال له عقد حقيقة بل هو صورة
عقد خلافا لظاهر ما في الأنوار ومما يستدل به على مسئلتنا هذه ما في فتح الباري في قول
البخاري إلي أن قال قال ابن المنير يستفاد من هذا الحديث ان إعادة لفظ العقد في النكاح
وغيره ليس فسخا للعقد الأول خلافا لمن زعم ذلك من الشافعية قلت الصحيح
عندهم انه لايكون فسخا كما قاله الجمهور إهـ
HUKUM KHUTBAH NIKAH
Biasanya di negara kita ini, Khutbah Jum’ah mengunakan
atau memakai bahasa arab. Yang banyak kurang dimengerti isi dan kandungan
khutbah tersebut oleh para jamaahnya, Bagaiman hukumnya khutbah yang dalam khutbahnya,
sang khatib mengunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia.
Jawaban:
1. Rukun-rukun khutbah jumuah (baca hamdalah, shalawat
Nabi, berwasiat dengan taqwa, membaca ayat Alquran dalam salah satu dari dua
khutbah, dan mendoakan kepada orang Mu’min laki-laki dan perempuan) harus
diucapkan dengan bahasa Arab sekalipun kita tidak mengerti isinya, . Adapun
selain rukun, boleh diterjemahkan ke dalam bahasa selain Arab. Dengan syarat
tidak terlalu panjang dan harus ada kaitannya dengan nasihat-nasihat.
2. Persyaratan khutbah dan bacaan-bacaan salat dengan
bahasa Arab sekalipun kita tidak mengerti isinya, itu dapat kita mengerti dan
kita pahami, karena jika diperbolehkan dengan bahasa daerah dan diharuskan
mengerti isinya, maka bagaimana khutbah bacaan-bacaan salat tersebut dapat
dimengerti oleh orang asing yang kebetulan bermakmum? Di samping itu peryataan
bahasa arab tersebut mendorong kaum muslimin untuk mempelajarinya, sehingga
dengan demikian kaum muslimin tidak hanya mengerti dan memahami isi khutbah. Akan
tetapi sekaligus mengerti isi dari Alquran dan Al Hadits serta kitab-kitab ilmu
pengetahuan tentang agama yang sembilan puluh persen berbahasa Arab.
Dasar pengambilan Kitab Irsyadul Ibad halaman 27
disebutkan:
شُرُوْطُ صِحَّةِ الجُمُعَةِ سِتَةُ… وَتَقْدِيْمُ
خُطْبَتَيْنِ بِالعَربِيَّةِ وَاِنْ لَمْ يَفْهَمُوا…
Syarat-syarat keabsahan salat jumu’ah itu ada enam… Dan
mendahulukan dua khutbah dengan dua bahasa Arab, meskipun para jamaah tidak
memahaminya…
Dalam Kitab Nihayatuz Zein halaman 140 disebutkan:
(وَعَرَ
بِيَّةٌ) بِاَنء تَكُوْنَ اَركَانَ الخُطْبَتَيْنِ بِالْعَرَبِيَّتةِ .فَانْ
لَمْ يَكُنْ ثمَّ مَنْ يُحْسِنُ العَرَبِيَّةَ وَلَمْ يَمْكِنْ
تَعَلَّمُهَا خَطَبَ بِغَيْرِهاَ.فَاِنْ اَمْكَن وَجَبَ عَلَى
سَبِيْلِ فَرْضِ الكِفَابَةِ, فَيَكْفِى فِي ذَلِكَ وَاخِدٌ.فَلَوْ تَرَكُوْا
التَّعَلُّمَ مَعَ اِمْكَا نِهِ عَصَوْا وَلاَ جَمْعَةُ لَهُمْ فَيُصَلّو
نَ الظُّهْرَ.
(Dan bahasa Arab) artinya hendaklah rukun-rukun khutbah
adalah dengan bahasa Arab. Jika di sana
(tempat melakukan salat jumuah) tidak ada orang yang dapat berbahasa Arab
dengan baik dan tidak mungkin dapat mempelajarinya, maka khatib dapat/boleh
berkhutbah dengan bahasa selain Arab. Jika memungkinkan belajar bahasa Arab,
maka wajib atas semua orang secara wajib kifayah, dan dalam hal tersebut cukup
dilakukan oleh satu orang. Dan jika mereka meninggalkan belajar bahasa Arab
beserta kemampuan mereka untuk mempelajarinya, maka mereka telah berbuaat
ma’siat dan salat jumuah yang mereka lakukan tidak sah, sehingga harus
melakukan salat dhuhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar