Seni Pertarungan yang Memikat
Berbicara tentang
Pencak Silat, maka yang ada di pelupuk mata adalah sebuah pertarungan
yang menegangkan sekaligus mengasyikkan. Ketegangan itu dibangun ketika
menyaksikan kecepatan serta keluwesan gerakan yang dipertontonkan oleh
para pesilat. Konon, seni bela diri ini asli Indonesia dan telah
menyebar merata di seluruh kepulauan nusantara. Bahkan melanglang sampai
ke negara tetangga, Malaysia, Thailand dan Cina.
Seni bela diri Pencak
Silat merupakan sebuah prosesi pertarungan yang melibatkan satu orang
(tunggal), dua orang (berpasangan) atau lebih dalam sebuah arena. Dalam
pertarungan Pencak Silat ini, ada yang menggunakan senjata tajam atau
hanya menggunakan tangan kosong. Adapun gerakan yang paling spesifik
dari Pencak Silat adalah lompatan-lompatan energik dan luwes, tangkas
serta sedikit banyak mengandung unsur seni akrobatik. Disamping itu,
gerakan-gerakan dalam Pencak Silat mempunyai persamaan dengan seni tari
dari segi ketepatan gerak, gerak di udara dan seni pertarungan. Dan
didalamnya terdapat tehnik pengendalian diri, baik dari segi mental dan
fisikal.
Disamping menguasai
tehnik bertarung yang mengandalkan kecekatan, ketangkasan dan kemahiran,
para jawara silat biasanya membekali diri dan menguasai ilmu-ilmu
pendukung lainnya. Penguasaan ilmu kekebalan tubuh ataupun ilmu tenaga
dalam (kanoragan) diyakini akan mampu memberikan support kekuatan
mental.
Selain digunakan
dalam pertarungan, gerakan-gerakan Pencak Silat sering dimodifikasi
menjadi gerakan dasar tarian dalam genre kesenian. Pengaruh pola gerak
Pencak Silat dapat diketemukan pada kesenian Topeng, Ludruk, tari
laki-laki dalam tayub dan beberapa gaya hadrah. Pada umumnya,
pemakaian acuan gerakan Pencak Silat berkenaan dengan pengungkapan
tantangan, keberanian, kewiraan, kekuatan serta rasa percaya diri baik
dari segi fisikal dan metal.
Penyebaran seni Pencak
Silat di berbagai daerah di nusantara, ternyata mampu menciptakan
gerakan-gerakan, gaya serta versi yang berbeda, sesuai dengan
lingkungan, situasi dan kondisi daerah. Begitu pula yang terjadi di
wilayah Sumenep, seni bela diri Pencak Silat pertama kali menjadi
andalan para putra raja di lingkungan keraton, setelah itu menyebar di
kalangan rakyat dan sangat diminati oleh kalangan pemuda. Pada akhirnya
jenis seni Pencak Silat menjadi primadona di kalangan rakyat kebanyakan
Dalam perkembangannya,
seni bela diri Pencak Silat mengalami pembaharuan yaitu dengan
memasukkan unsur seni lainnya dalam setiap pementasan. Unsur tari dan
unsur musik tersebut tidak mengurangi substansi dan nilai-nilai yang
ada, bahkan cenderung memperkuat dengan kemasan gerakan-gerakan yang
lebih indah. Masyarakat pencinta Pencak ini menamakan âSilat
Ghul-Ghulâ. Nama Ghul-Ghul berasal dari kependekan Guluk-Guluk.
Pencak Silat Ghul-Ghul
pada awalnya dikembangkan di lingkungan pondok Pesantren, dan merupakan
perpaduan antara pencak silat dan musikal. âPencakâ yang
mempertontonkan kecekatan, ketangkasan dan ketahanan fisik serta ilmu
tenaga dalam ini mampu diperagakan dalam gerakan-gerakan luwes, indah
dan gemulai serta diiringi oleh hentikan alat musik gendang. Tidaklah
mengherankan kalau perpaduan gerak tangkas dan gerakan luwes tarian
tersebut mampu menarik minat serta menyedot perhatian masyarakat untuk
mempelajarinya. Sehingga pada masa itu perkumpulan-perkumpulan silat
Ghul-Ghul tumbuh bagai jamur di musim penghujan.
Modifikasi Berbagai Aliran Silat
Seperti halnya
permainan Pencak silat pada umumnya, dasar-dasar dari gerakan silat
adalah sama. Gerakan pencak yang dimainkan biasanya memodifikasi dari
berbagai gerakan silat yang sudah ada, serta memainkan dari berbagai
versi daerah. Pada umumnya para pesilat Ghul-Ghul didominasi pesilat
laki-laki. Dalam setiap pementasan pesilat ini memperagakan gaya
permainan yang sudah dibakukan, diantaranya ; gaya Malaju berasal dari Sumenep, gaya Bhabiyan berasal dari pulau Bawean, gaya Cemandik berasal dari Betawi dan gaya Pamor yang berasal dari Pamekasan.
Adapun ciri-ciri yang membedakan gerakan-gerakannya, sebagai berikut ;
- Gaya Malaju (Sumenep) gerakan dalam gaya ini sangatlah halus, luwes dan gemulai. Dibalik kehalusan dan keluwesan, setiap gerakan yang dimainkan mengandung tenaga dalam tinggi. Setiap tendangan yang dilontarkan mengandung jurus-jurus mematikan.
- Gaya Bhabiyan (Bawean), gaya permainan ini adalah perpaduan silat dan tari. Sehingga tidaklah mengherankan kalau gaya Bhabiyan  cenderung pada gerakan-gerakan tarian dan keindahan penampilan. Tujuan dari permainan gaya ini adalah menciptakan suasana menyenangkan. Sehingga jurus-jurus yang dimainkan tidak mengandung tenaga dalam tinggi serta tendangan-tendangan yang dilontarkan tidak hebat dan mematikan.
- Gaya Cemandik (Betawi), gaya ini mirip gaya Bhabiyan, yaitu gerakan-gerakan silat cenderung pada gerakan tarian. Namun dibalik keindahan dan keluwesan setiap gerakan, mengandung satu kekuatan tenaga dalam yang dahsyat dan mematikan.
- Gaya Pamor (Pamekasan), permainan dalam gaya ini cenderung kasar. Setiap gerakan yang dimainkan adalah mempertontonkan kepandaian dan ketangkasan bertarung. Namun dalam diri para pesilat tidak mempunyai/memiliki tenaga dalam dan jurus-jurus yang dimainkan tidak mematikan. Oleh sebab itu, ketika tampil para pesilat melengkapi penampilannya dengan senjata tajam, misalnya celurit. Alat tersebut digunakan untuk memamerkan keperkasaan.
Adapun alat musik
pengiring permainan silat Ghul-Ghul, terdiri dari beberapa alat musik,
yaitu 1 gendang besar, 3 gendang kecil (ketipung), 1 jidur dan 1 kerca.
Adapun para penabuh terdiri dari 5 personel. Tujuan dari memasukkan
unsur musik adalah memberikan semangat agar permainan silat Ghul-Ghul
semakin menyenangkan dan menggairahkan.
Dalam setiap
pementasan, unsur musik menjadi sangat dominan ketika mengikuti
langkah-langkah kaki para pesilat saat berlaga. Permainan irama dalam
musik pun beragam, disesuaikan dengan gaya yang dimainkan oleh para
pesilat. Adapun irama musik yang dimainkan silat Ghul-Ghul pada saat
pementasan, pertama, irama Serama, yang terdiri dari dua unsur, Serama Teter dan Serama Biyasa, kedua ; irama Bhabiyan, terdiri dari dua, yakni Bhabiyan Sumenebben dan Bhabiyan Palembhang. Ketika menampilkan pencak gaya Malaju, irama yang dimainkan adalah irama musik Serama, gaya Cemandik, diiringi irama Serama Teter, gaya Bhabiyan diiringi oleh irama Serama Teter, gaya Bhabiyan Sumenebben dan Bhabiyan Palembhang memakai irama Serama Teter. Untuk gaya Pamor, irama musik yang dimainkan adalah Serama Biyasa.
Ketika sedang beristirahat permainan musik tetap dimainkan, adapun nama irama-nya adalah ; Ayak Komedi, Ayak Sampang, Polisiyan dan Tenggian.Â
instrumental yang didominasi pukulan gendang tersebut, ternyata mampu
membangkitkan kegairahan kepada para pesilat untuk lebih piawai
menunjukkan kecepatan dan ketepatan pukulan sekaligus mempertontonkan
kelenturan tubuh. Sehingga tontonan yang dikemas dalam pementasan
tersebut semakin memikat.
Prosesi Pertunjukan
Komunitas pencinta
Pencak Silat Ghul-Ghul hanya ada di wilayah kecamatan Guluk-Guluk,
Sumenep. Komunitas ini setiap setengah bulanan mengadakan pertemuan
rutin dengan cara menampilkan acara Pencak di sebuah arena terbuka.
Biasanya pementasan diadakan bergiliran sesuai dengan jadwal yang
diatur, atau pada saat salah satu anggota memperoleh undian arisan.
Selain itu perkumpulan tersebut sering diundang ketika seseorang sedang
melaksanakan hajatan ataupun dalam acara pengajian. Tak jarang beberapa
perkumpulan silat Ghul-Ghul tampil dalam satu arena, dengan tujuan adu
kepandaian, kepiawaian dan kehebatan ketika tampil memainkan jurus-jurus
silat mematikan. Meskipun tampil dalam satu arena permainan,
keharmonisan antar perkumpulan tetap terjaga.
Dalam setiap
penampilan arena yang dipergunakan menempati halaman yang sangat luas,
serta didirikan sebuah panggung. Adapun prosesi penampilan dalam setiap
pertemuan sebagai berikut ;
 Pertama adalah
prakata yang disampaikan oleh ketua dan wakil ketua perkumpulan. Isi
dari prakata tersebut adalah perkembangan perkumpulan silat serta tujuan
diadakannya perkumpulan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan
penampilan atraksi Can-macanan (berkostum harimau, dimainkan oleh
1 atau 2 orang). Atraksi ini menampilkan kepandaian dan kemahiran
melakukan gerakan-gerakan lompatan, bergulingan ataupun gerakan
akrobatik. (Can-macanan mengadopsi dari budaya Cina, Barongsai). Adapun musik yang dimainkan dalam penampilan Can-macanan adalah irama Serama Teter, tetapi tidak menggunakan alat musik Jidur
Setelah penampilan atraksi Can-macannan
yang mendebarkan usai, para penonton disuguhi penampilan pelawak,
dengan memakai kostum badut. Penampilan para pelawak ini mampu mengocok
perut penonton, sehingga suasana semakin hangat dan menyenangkan.
Setelah acara lawakan usai, maka penampilan permainan silat dimulai.
Pertama-tama yang tampil adalah permainan tunggal, 5 sampai 7 orang
pesilat menampilkan permainan silat Kembhangan. Para pesilat tunggal ini, memperagakan berbagai macam kemahiran, ketangkasan serta keluwesan gerak.
Setelah penampilan silat Kembhangan
selesai, maka inti permainan pertandingan dimulai. Para pesilat secara
bergantian memamerkan ketangkasan, kehebatan tendangan dan jurus-jurus
silat dengan kelenturan tubuh, gerak yang gemulai, indah mempesona.
Walaupun dalam posisi bertanding, jurus-jurus yang dimainkan tidak
sampai menimbulkan cedera pada lawan tanding. Karena kemahiran yang
dipertontonkan dalam pertandingan tersebut hanya ber-tujuan melihat
perkembangan kemampuan para pesilat dalam satu perkumpulan.
Pada acara inti
pertandingan silat Ghul-Ghul, terkadang ada beberapa pesilat dari
perkumpulan lain mengambil bagian memamerkan kemahirannya bermain
silat. Walaupun dalam posisi bertanding, para petanding lebih
mengutamakan nilai-nilai persahabatan dan persaudaraan. Sehingga
kehebatan dan kepiawaian dalam menguasai berbagai gaya ilmu silat, hanya
dipamerkan dalam bentuk gerakan-gerakan tanpa menciderai lawan tanding,
karena pertandingan tersebut tidak bertujuan mencari pemenang.
Silat Ghul-Ghul
merupakan sebuah media menjalin tali ukhuwah Islamiyah. Maka tidak
mengherankan perkumpulan-perkumpulan yang ada di setiap desa sering
mengadakan pertunjukan bersama atau saling mengundang. Di samping itu
silat Ghul-Ghul sering dipentaskan apabila merayakan hari-hari besar
Islam ataupun diundang dalam acara hajatan.
Adapun pakaian yang
dikenakan oleh para pesilat biasanya memakai seragam satu warna, yaitu
hitam-hitam atau putih-putih. Dengan model baju longgar, celana longgar
serta aksesoris lain seperti ikat kepala. Untuk para penabuh pakaian
yang dikenakan berwarna hitam-hitam, celana sebatas lutut (komprang),
dipadu kaos bergaris (warna merah-putih), dengan aksesoris lainnya,
pemakaian odheng serta kain ikat di bagian pinggang.
Sebagai Sarana Silaturahmi
Konon kabarnya, dekade
tahun 60-an sampai dengan 70-an, perkumpulan-perkumpulan silat
Ghul-Ghul hampir merata ada di setiap desa dalam wilayah kecamatan
Guluk-Guluk. Perkumpulan-perkumpulan tersebut biasanya dipimpin oleh
seorang jawara (guru silat) yang mumpuni dan kondang. Di tempat
perkumpulan itulah, para pesilat muda digodok mempelajari jurus-jurus
silat dan media arisan digunakan sebagai tali pengikat antar sesama
anggota. Pertemuan rutin diadakan setiap setengah bulanan atau setiap
bulan sekali. Dalam pertemuan tersebut diperagakan keahlian dan
kepandaian pesilat muda, sekaligus sebagai arena untuk menguji sejauh
mana pesilat muda mampu menyerap ilmu yang disampaikan oleh sang guru.
Saat ini komunitas
pencinta Pencak Silat Ghul-Ghul hanya tinggal hitungan jari. Untuk
pelestariannya, para jawara (jago) senior mulai merekrut kaum muda untuk
mempelajari serta menggeluti seni bela diri ini. Sehingga tidaklah
mengherankan, kalau atraksi ini masih dapat disaksikan ketika ada
hajatan, ataupun saat-saat gebyar meriah memperingati hari besar
Nasional, tujuh-belasan. Dalam acara tersebut biasanya para jagoan, baik
secara individu maupun kelompok turun gunung memamerkan ketangkasan,
kelincahan, kegesitan sekaligus kelenturan, keindahan gerakan dalam satu
arena. Menjadi komoditas tontonan yang sangat apik, menarik dan
memikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar