Selasa, 14 Agustus 2012

Silat Bintang Sembilan


Silat Bintang Sembilan, begitu Alm Abdul Latief memberi nama perguruan silat yang diperlajarinya. Nama ini berasal dari gurunya yang bernama Haji Ikhsan di Kutorejo di lokasi Kauman Kota Tuban Jawa Timur akhir tahun 60 an. Gurunya ini konon masih merupakan kakek dari budayawan Emha Ainun Najib, cerita ini dan nama Haji Ikhsan ini kebetulan didapat ketika tak sengaja bincang-bincang bersama Ibu Kandung Cak Nun di Jombang tahun 2000 saat pengajian Padhang Bulan,. Menilik nama Silat Bintang Sembilan ini memang dikaitkan dengan semangat NU yang masa itu sedang mengakar di Indonesia khususnya Jawa Timur. Silat bintang sembilan ini memang berkembang didorong kondisi konflik horisontal tahun 48 hingga 60-an. Hji Ikhsan telah memberikan kesan yang membekas kepada Abdul Latief dan mengajarkan silat yang indah dilihat bahklan oleh orang awam karena perpauan kelembutan, ketegasan dan kecepatan.

Pasca meninggalnya Khaji Ikhsan, Abdul latief meneruskan berlatih silat aliran bawean kepada Cak Moel. Cak Moel adalah semacam asisten pelatih, sedang guru beliau adalah asli bawean yang datang ke Tuban sesekali.

Abdul Latief muda - biasa dipanggil Cak Dul atau Cak Dullatip– sangat menggemari silat. Sebagian hidupnya dinikmati sambil berlatih silat. Cak Dul kerap berlatih hinga larut malam, seperti kebanyakan latihan silat masa itu. Beliau menguasai teknik tangan kososng (kontou) dan teknik senjata pedang.

Peragaan teknik tangan kosong dengan langkah, pukulan, kelit , kuncian kerap diperagakan beliau. Langkahnya mantap, seperti tak pernah meninggalkan bumi. Tak ada lompatan atau mengangkat kaki tinggi, Langkah demikian terkontrol, meski demikan tak kehilangan kelincahan dan kaki kiri dan kanan bergantian menjadi poros dan menauver serangan dan hindaran ke segala penjuru. Ada langkah berupa gesutan. Seluruhnya menggunakan teori pemindahan berat badan. Ini dipakai sebagai kekuatan kunci untuk menyerang, menghindar, mengunci dan membuka kuncian. Langkah adalah kunci dari setiap geraknya. Setiap langkah dilakukan dengan perlindungan terhadap kemaluan sehingga tak ada kesempatan langkah yang terlalu terbuka.

Teknik tangan hampir tak pernah dipakai untuk menyerang lebih dahulu. Tangan digunakan untuk menepis, penutup pukulan dan tendangan, meyangkol, membesut, dan memegang serta mengunci serangan lawan. Serangan dilakukan dalam keadaan lawan terkunci atau terkuasai. Ini sesuai filosopi silat ” musuh jangan dicari, tapi kalau datang dihadapi:. Maka yang disebut musuh adalah yang sudah menyerang. Jika masih ancang-ancang jangan dianggap musuh. Demikian dalam suasana dikeroyok, yang dianggap musuh adalah yang menyerang saja. Dengan demikian kita jadi lebih berani dan fokus kepada serangan yang masuk ke kita. Demikian filosopi beliau.

Abdul Latief banyak mengajari kuncian baik mengunci maupun melepaskan kuncian. Ini termasuk teknik praktis perkelahian kuncian. Teknik yang diajarkan di kuncian adalah bila kita dipegang atau dkunci jangan menyerang sebelum membuka kuncian itu. Kuncian yang diajarkan beliau agak aneh. Pegangannya longgar dan tidak menyakitkan, namun bila lawan berupaya meronta atau melawan, kunciannya mengeras, membuat sakait semdi yang dikunci atau mematahkan. Beliau pernah mengajarkan kuncian ”orang gila” yang bisa dipakai untuk orang yang sedang mengamuk. Kuncian ini membuat yang terkunci walau masih bisa digiring untuk berjalan ia tidak dapat meronta sedikitpun karena akan merusak sendi-sendi. Uniknya pula kuncian ini dilakukan dengan satu tangan. Sayang sampai beliau meningal beliau belum mengajarkan bagaimana membuka kuncian ini, padahal seluruh teknik kuncian selalu diajarkjan mengunci dan membuka kuncinya.

Abdul latief menonjol di permaikan pedang. Dengan Cak Moel rekan seperguruannya acap kali mengikuti demonstrasi silat di Tuban dengan teknik pedang. Melalui teknik yang indah dengan kecepatan permainan yang tinggi sering menimbulkan percikan api ketika melakukan peragaan pertarungan dengan pedang. Penonton kerap menjerit setiap sabetan dan tusukan yang dilakukan dengan kecepatan tinggi.

Teknik pedangnya sangat rapi. Pedang seperti sambungan dari tangan beliau yang memiliki syaraf. Maka gesekan pedang dan tekanan-tekanan pedang lawan menjadi perhatian beliau. Pedang diayunkan tidak terlalu jauh dari badan. Mirip dengan teknik kelit dan besutan dengan tangan kosong. Memang langkah menjadi sangat dominan di teknik pedang silat Abdul Latief ini. Seluruh gerakan pedangnya hampir berupa irisan bukan bacokan. Cara memegannya pun berubah-ubah kadang berganti menjadi pedang siku dan kadng dipegang didepan. Sejauh ini tidak pernah melihat berganti tangan dalam memegang pedang seperti teknik pisaunya.

Hampir tak ada tendangan melebihi pinggang. Tendangan dilakukan untuk menyerang kemaluan. Menginjak dan menggejug lutut. Kaki lebih besar di atur untuk memindah-mindahkan berat badan dan melakukan manuver langkah yang lincah diikuti gerak tubuh yang memdukan momentum ini dengan bahu, pinggul dan dan sikap tangan tertentu. Bantingan dan kuncian sangan dipengaruhi teknik langkah ini bukan saya teknik tangannya.

Sila ini memang sangat indah dan gagah. Keindahan geraknya serasi dengan power dan kelincahannya. Sayangnya tidak satupun video maupun foto bisa mengabadikan beliau yang sedang melakukan gerak silat.

Beliau sangat dalam mengajarkan filosopi silat yang akhirnya sangat bermanfaat membentuk karakter untuk bekal kehidupan. Baliau juga mengajarkan doa meminta perlindungan, maklum dalam dunia silat sering terjadi kecelakaan atau cedera. Beliau juga memberui dorongan agar berani melawan orang-orang yang mamakai ilmu hitam dalam berkelahi dan mengajarkan Doa masyhur yang di baca Rasululloh ketika diracun oleh Yahudi.

Silat beliau ini hanya diturunkan kepada anak-anaknya yang kesemuanya lelaki. Terutama kepada anak pertama dan kedua yang menyukai beladiri. Anak pertama beliau bernama Arifin sempat mengembangkan silatnya dengan berlajar pada beberapa perguruan seperti Silat Betawi Walet Putih di Jeruk Purut Jaksel dan Perisai diri serta belajar perorangan kepada beberapa guru silat. Anak kedua bernama Anwar (lahir di Tuban) selain mengikuti silat sempat Perisai Diri kini berlatih silat Cingkrik kepada Bank Popon di kampus UI Depok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar