Senin, 20 Agustus 2012

ASMUJIONO Penakluk Puncak Everest

Penderitaan telah menempa Asmujiono menjadi lelaki yang tabah dan kuat. Kedua orang tuanya, petani Kecamatan Tumpang, Malang, emninggal semasa Asmujiono masih kecil. Sejak itu, anak kelima dari enam bersaudara ini, pindah dari satu orangtua angkat ke orangtua angkat yang lain. Sekolah Dasar ia lalui setelah sempat tinggal kelas V karena ketiadaan biaya. Namun ia bertekad untuk tetap sekolah dan berobsesi menjadi orang terkenal pada kemudian hari. Kesadaran itu membuat lelaki kelahiran 1 September 1971 itu membiasakan diri bangun subuh dan lari sejauh empat kilo meter lebih menuju sekolahnya. Kebiasaan terebut berlanjut hingga SMP yang berjarak tujuh km dari rumahnya. Selama itu pula, Asmujiono membawa tas yang isinya pakaian, seragam sekolah dan mandi setiba di sekolah.


Kebiasaan itu juga yang mengantarkan ke jenjang sukses. Ketika di SMP Negeri, Asmujiono berhasil tampil sebagai juara umum dalam lomba maraton se-Jawa Timur memperingati Hari Ulang Tahun Kotamadya Malang, mengalahkan pelari-pelari asal Jakarta dan daerah lain. Sebagai anak angkat, Asmujiono sadar bahwa ia tidak bisa berdiam diri, seperti halnya teman-teman remajanya, ia membantu orangtua angkatnya menjaga kebun setelah pulang sekolah. Setelah tamat SMA Diponegoro, Malang, impian Asmujiono yang ketika itu sudah bertekad menjadi tentara, belum juga tercapai. Ia bahkan sempat menganggur selama setahun. Saat itu, ia mulai mencoba berdagang buah-buahan sambil mencari informasi bagaimana caranya masuk tentara. Berkat kegigihannya, ia berhasil memenuhi impiannya menjadi tentara. Itu pun dilaluinya dengan susah payah. Setahun kemudian, 1995, ia terpilih masuk Kopassus setelah melalui tes yang cukup berat, antara lain kemampuan fisik, lari, renang. Ia kemudian masuk pendidikan di Grup III Kopassus di Batujajar, Jawa Barat. Di sini, Asmujiono meraih rangking dua kecepatan lari. Ia terpilih sebagai pendaki serbu dan mengikuti pendidikan selama dua bulan lebih di Gunung Parang, kemudian bertugas di Timor Timur selama sepuluh bulan dan menjalani pendidikan Sandi Jejak di Batujajar. Ketika menjalani pendidikan itu, Asmujiono diikutkan dalam seleksi ekspedisi Everest. Selama seleksi antara lain mendaki Gunung Gede, Gunung Putri, renang, lari sprint naik turun tangga, ia mencatat prestasi gemilang. Berhasil memecahkan rekor 45 menit mengelilingi Gunung Gede dan meraih rangking I, rangking II diraih Misirin. Prestasi itulah yang mengantarkannya ke Nepal, ikut ekspedisi Everest. “Saya ingin menjadi orang terkenal, tapi nggak tahu lewat mana,” obsesi Asmujiono suatu ketika. Sekarang ia sudah terkenal. Dicacat sejarah sebagai orang Indonesia pertama mencapai Puncak Everest tanggal 27 April 1997 dan sekaligus sebagai orang pertama pula se-Asia Tenggara.

sumber:catros.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar